Puisi-Puisi Hasan Tarowan
Pada Rahim Seorang Perempuan
: Untukmu yang malam
1/
Satu helai daun ialah isyarat takdir seluas
rahim ibu, maka tumbuhlah sebagai benih
yang merekah setiap musim mengawinkan
bunga-bunga.
telah ditibakan satu tiupan ke jalanmu,
semburan-semburan cahaya yang
membuat kau tumbuh dengan mahkota
yang sembunyi.
2/
Matamu lah sajak-sajak telaga.
doa-doa itulah aku,
harapan-harapan yang menyembul dari
getar bibirmu.
maka kulayarkan sunyi jiwaku
yang kelak akan kau petik
di pelataran surga
sebagai doa.
3/
Tahun-tahun bagai waktu
diam-diam menyeret layar kita begitu jauh
dari rumah dan ibu.
Kini jalan-jalan terlalu bising
dan buru-buru.
Aku ingin ke sana,
ke dalam sebuah taman
rahim ibu adalah kota-kota mashur.
di sana, ada kenangan
yang tak mungkin sirna.
Jakarta, 2022
Biografi Pernikahan
Biografi I
Sepasang kekasih mabuk oleh air matanya
sendiri, tiap tetesnya menjelma cinta dan
kesetiaan
Saat janji-janji ditancapkan
rinai syahdu jatuh dari mendung kalbu
lalu tujuh lapis langit bertasbih
dan segala petak tanah tumbuh
aneka bunga
"Aku menyukai kesedihan yang mengalir dari matamu," katanya
Semula aku tak memahami
bahwa itulah bahasa kasih
tersimpan makna
paling rahasia
Biografi II
Kata-kata boleh berlepasan
tapi tak ada bahasa yang lebih bijak
selain bahasa cinta
Aku jadi cinta sebab kuketuk hatinya
dengan detak jantungku sendiri:
engkau nyala di jiwaku
Suatu hari di suatu taman
di antara dzikir bunga-bunga yang mekar
di antara dzikir daun-daun yang jatuh
kutulis dua nama
Kuminta kawanan lebah datang membacanya
mereka bilang itu cinta
Hari ini kuberi cinta itu pada tanah
agar tumbuh jadi pohon
di bawahnya yang rindang kita berteduh
mengeja takdir di kaki waktu
Biografi III
Rebahlah rebah tubuh
di atas sebidang dada
yang lapang
Tak ada apa-apa lagi setelah ini
selain jejak darah
bagi sejarah laki-laki
Rebahlah rebah tubuh
di atas sebidang dada
yang lapang
Tak ada apa-apa lagi setelah ini
selain lipatan-lipatan makna yang berisi
ketelanjangan kita
Biografi IV
Kau dan aku terbuat dari tanah dan waktu
terberkatilah pertemuan kita dulu
yang menjadikan kisah ini
mungkin
Tubuhmu lah gumpalan tanah
yang dijanjikan itu
Aku akan pulang berkali-kali
menghisap ketenangan
di dadamu
Biografi V
Manusia bergerak seperti kalender
keabadian dan ketiadaan begitu samar
hingga maut menjelang tiba
Jakarta, 2024
Perayaan Kematian
Bagaimana aku akan berdoa setelah ini,
sedang maut yang tipis bergelayut di leherku.
tanah tempat biji-bijian tumbuh, mati
dihimpit ilalang.
Aku mau menangis, tapi tidak
mengeluarkan air mata.
Jakarta, 2024
Hasan Tarowan,
Lahir di Sumenep, Madura. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Penulis buku Orang Mabuk di Negeri Mahapetry dan puisi-puisinya termuat dalam beberapa antologi bersama. Saat ini sedang berupaya menyelesaikan buku keduanya.