Diantara anak nabi Muhammad saw yang cukup populer dalam sejarah Islam yaitu Fatimah Az-Zahra. Rasulullah sendiri memiliki 7 orang anak, 3 orang laki-laki yang wafat waktu masih kecil dan 4 orang perempuan. Ketujuh anak Nabi Muhammad saw tersebut yaitu Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah Az-Zahra, Abdullah, dan Ibrahim.
Fatimah Az-Zahra merupakan putri Nabi Muhammad dari pernikahannya bersama istri pertama, Khadijah binti Khuwailid. Selama hidupnya, Fatimah mengabdikan dirinya untuk suami, anak dan ayah tercintanya, Rasulullah saw.
Sebagai anak nabi, Fatimah menjadi tauladan bagi umat Islam saat itu. Tak hanya sebagai putri Rasulullah saw, Fatimah dikenal sebagai wanita yang memiliki kedudukan tertinggi. Ketaatan, kesabaran, serta sifat-sifat mulia yang beliau warisi dari ayahandanya telah menjadikannya teladan sempurna bagi para wanita di dunia.
Dilansir dari situs resmi pesantren Tebuireng, Jombang pada Rabu (25/9/2024), Sayyidah Fatimah Az-Zahra adalah contoh sempurna kesederhanaan dan ketaatan.
Beliau menampilkan ketaatan luar biasa dalam menjalani kehidupan sehari-hari, menjalankan tugas rumah tangga dengan tangan sendiri tanpa pernah mengeluh.
Dikisahkan bahwa beliau membersihkan rumahnya hingga debu melekat di kalungnya, menggiling roti hingga tangannya bengkak, serta memasak dengan membuat perapian di bawah periuk, merasakan panasnya api berkali-kali. Selain itu, beliau juga mengambil air dari sumur untuk kebutuhan keluarganya.
Meskipun menjalani tugas berat tersebut dengan kesabaran dan kekuatan luar biasa, Sayyidah Fatimah tidak pernah mengeluh. Ia menerima semua itu dengan tabah dan ikhlas.
Sosok beliau memberikan pelajaran besar bagi wanita masa kini, yang sering kali terjebak dalam kemalasan dan kebiasaan berlebihan. Sayyidah Fatimah membuktikan bahwa kesederhanaan dan ketulusan dalam menjalankan peran rumah tangga adalah jalan menuju ridha Allah.
Kedermawanan Sayyidah Fatimah
Tidak hanya sebagai wanita yang sederhana dan kuat, Sayyidah Fatimah juga dikenal sangat dermawan dan peduli terhadap sesama. Meskipun hidup dalam keterbatasan, beliau tak pernah menolak memberi kepada yang membutuhkan.
Dalam Al-Qur'an, Fatimah dan suaminya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, disebutkan sebagai sosok yang murah hati, yang rela berbagi makanan meskipun mereka sendiri harus melanjutkan puasa hanya dengan air putih (QS. al-Insan [76]: 7-9).
Beliau juga dikenal tidak pernah membiarkan seorang pengemis pergi dari pintu rumahnya tanpa mendapatkan bantuan, meskipun ia sendiri masih dalam keadaan lapar. Salah satu kisah paling terkenal tentang kedermawanan Fatimah adalah saat Salman al-Farisi datang membawa seorang dari Bani Salim yang lapar ke rumahnya. Meskipun sudah tiga hari rumah Fatimah tidak memiliki makanan, beliau tetap mempersilakan mereka masuk dan memberikan apa yang ia bisa.
Fatimah kemudian menyerahkan kain kerudungnya untuk ditukar dengan jagung demi memberi makan tamunya. Sikap tanpa pamrih dan pengorbanannya bahkan mampu menggerakkan hati seorang Yahudi bernama Shamoon, yang akhirnya memeluk Islam karena terkesan dengan keluhuran budi Fatimah.
Pemimpin Wanita di Surga
Kesederhanaan dan kedermawanan Sayyidah Fatimah tidak hanya membuatnya mulia di dunia, tetapi juga menjamin posisinya di akhirat.
Beliau termasuk di antara empat wanita yang akan menjadi pemimpin para wanita di surga, bersama ibundanya Sayyidah Khadijah, Asiyah istri Firaun, dan Maryam ibu Nabi Isa. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits riwayat Ahmad dan Hakim.
Dengan segala keutamaan dan teladan yang ditunjukkan oleh Sayyidah Fatimah Az-Zahra, tak diragukan lagi bahwa beliau merupakan contoh ideal bagi wanita masa kini.
Sifat kesederhanaan, ketabahan, ketaatan, serta kedermawanannya harus menjadi inspirasi bagi setiap wanita yang ingin mencapai ridha Allah dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.