Memiliki istri yang cerdas, taat beribadah, dan memiliki akhlak yang mulia adalah impian setiap Muslim. Kehadiran sosok wanita seperti ini akan membawa kita pada jalan yang diridhai oleh Allah SWT, menuju surga-Nya. Salah satu wanita yang memiliki karakteristik tersebut adalah Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha (RA), istri Rasulullah SAW. Sosok Aisyah RA menggambarkan keteladanan bagi seluruh umat Muslim.
Aisyah RA lahir pada tahun 614 M dan wafat pada 678 Masehi. Beliau adalah putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, salah satu sahabat terdekat Rasulullah SAW. Kehadirannya dalam kehidupan Rasulullah SAW bukan hanya sebagai istri, tetapi juga sebagai sumber ilmu bagi umat Muslim.
Aisyah RA selalu menjadi tempat bertanya, baik bagi umat Islam maupun para sahabat, ketika mereka menghadapi persoalan agama, khususnya yang berkaitan dengan perempuan dan rumah tangga.
Aisyah RA dikenal sebagai istri yang paling cerdas di antara istri-istri Nabi lainnya, bahkan lebih cerdas dari banyak laki-laki pada zamannya. Dilansir dari NU Online bahwa Sayyidah Aisyah RA memiliki hafalan yang sangat kuat dan pemahaman mendalam tentang agama. Banyak ulama terkemuka pada masa itu yang merujuk kepadanya ketika menghadapi permasalahan agama.
Keilmuan Aisyah RA tidak hanya diakui oleh satu atau dua orang saja, tetapi oleh banyak sahabat Nabi dan generasi tabiin. Masruq, seorang ulama terkemuka, mengisahkan bahwa para sahabat yang sudah tua sering meminta nasihat dan bertanya tentang berbagai hal kepada Aisyah RA. Hal ini menunjukkan betapa luasnya pengetahuan Aisyah RA dalam berbagai bidang.
Urwah bin Zubair, seorang ulama terkenal dan keponakan Aisyah RA, menyatakan bahwa ia tidak pernah melihat seorang wanita yang lebih cerdas dalam bidang kedokteran, fiqih, dan syair daripada Aisyah RA. Hal ini memperlihatkan betapa luas wawasan dan pengetahuan Aisyah RA. Kitab-kitab hadits pun menjadi saksi atas keluasan ilmu dan kecerdasan istimewa Aisyah RA. Selain Abu Hurairah RA dan Abdullah bin Umar RA, tidak ada yang melebihi jumlah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA.
Rasulullah SAW sangat mencintai Aisyah RA melebihi istri-istri yang lain, meskipun beliau tetap berlaku adil dalam pembagian giliran bermalam. Rasulullah SAW pernah berdoa kepada Allah agar tidak menyiksanya terkait kecenderungan hati yang tidak mampu beliau kendalikan.
Ketika turun ayat takhyir, yang memberikan pilihan kepada istri-istri Nabi untuk tetap bertahan atau memilih perceraian, Rasulullah memulainya dengan Aisyah RA. Beliau menyarankan Aisyah untuk tidak terburu-buru dan mempertimbangkan nasihat kedua orang tuanya.
Nabi Muhammad SAW kemudian membacakan Surat Al-Ahzab ayat 28 di hadapan Sayyidah Aisyah RA.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ إِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا
Artinya: Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, ‘Jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka mendekatlah niscaya kuberikan (itu) kepada kalian dan kuceraikan kalian dengan perceraian yang baik. (Surat Al-Ahzab ayat 28).
Namun, Aisyah RA, dengan keyakinan penuh, menjawab bahwa ia hanya menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan kehidupan akhirat.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa sosok Sayyidah Aisyah RA adalah wanita yang patut diteladani oleh setiap Muslim, baik dari segi kecerdasannya, kesetiaannya, maupun ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kealimannya, kecerdasannya dalam berbagai bidang, serta perannya sebagai istri dan guru bagi umat Islam menjadikannya salah satu figur penting dalam sejarah Islam. Sebagai istri Rasulullah SAW, Aisyah RA tidak hanya mencerminkan keindahan akhlak, tetapi juga keteguhan iman yang membawa umat Muslim kepada jalan yang diridhai Allah SWT.