Search

Tata Cara Shalat Idul Fitri Lengkap Niat untuk Imam dan Makmum

Mayoritas umat Islam di seluruh dunia menggelar shalat Idul Fitri hari ini, Rabu 10 April 2024. Salah satu aktivitas yang dianjurkan ketika Idul Fitri yaitu menggelar shalat sunnah dua rakaat yang diikuti dengan khutbah Idul Fitri.

Shalat ini diutamakan dikerjakan secara berjamaah di masjid atau di suatu tempat seperti lapangan yang telah dibersihkan hingga layak untuk dijadikan tempat shalat. 

Shalat Idul Fitri dilakukan hampir sama dengan shalat-shalat sunnah lainnya. Shalat sunnah ini harus dikerjakan secara tertib sebagaimana amalan yang dianjurkan. Shalat Idul Fitri tidak disunnahkan dimulai tanpa azan dan iqamah tetapi cukup dengan menyeru "ash-shalâtu jâmi‘ah". 

Dikutip erakini dari NU Online, Syekh KHR Asnawi dalam kitab Fashalatan menjelaskan tata cara melaksanakan shalat Idul Fitri bagi seluruh umat Islam. Penjelasan ini juga termaktub di dalam kitab al-Fiqh al-Manhajî ‘ala Madzhabil Imâm asy-Syâfi‘î (juz I) karya Musthafa al-Khin, Musthafa al-Bugha, dan 'Ali asy-Asyarbaji. 

Berikut tata cara shalat Idul Fitri lengkap dengan amalannya, yaitu: 

1. Niat Shalat Idul Fitri

 Setelah berwudhu dan berzikir serta takbir secara berjamaah di masjid, umat Islam memulai shalat Idul Fitri dengan melafalkan niat. Bila menjadi makmum, pelafalan niatnya harus ditambah ma'muman, sedangkan saat menjadi imam ditambah bacaan imaaman.  

  أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَــالَى 

Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak'ataini (ma'mûman/imâman) lillahi ta'ala.  

"Aku niar shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”

Sebagai catatan bahwa hukum pelafalan niat adalah sunnah. Sementara yang wajib yaitu ada maksud secara sadar dan sengaja dalam batin bahwa seseorang akan menunaikan shalat sunnah Idul Fitri.

2. Takbiratul Ihram 

Sebagaimana shalat biasa, shalat Idul Fitri juga terdapat takbiratul ihram. Usai membaca doa iftitah, disunnahkan takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. 

Di sela-sela tiap takbir itu dianjurkan membaca:

 اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا  

Allahu akbar kabira, wal hamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila "

Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang." 

Atau membaca:   

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ 

Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar

"Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar." 

3. Membaca Al-Fatihah 

Setelah selesai membaca iftitah dan melakukan takbir sebanyak tujuh kali, wajib membaca surat Al-Fatihah. 

Lalu dianjurkan membaca surat Al-A'la. Berikutnya ke ruku', sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa. 

4. Rakaat Kedua 

Di dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, disunnahkan takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan allâhu akbar seperti rakaat sebelumnya. 

Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Kemudian baca Surat al-Fatihah, lalu Surat al-Ghâsyiyah. Kemudian dilanjutkan dengan gerakan ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.  

Hukum takbir tambahan (lima kali pada pada rakaat kedua atau tujuh kali pada rakaat pertama) adalah sunnah, sehingga tidak sampai menggugurkan keabsahan shalat Id apabila terjadi kelupaan mengerjakannya.  

5. Mendengar Khutbah 

Setelah shalat selesai dengan diakhiri gerakan salam, jamaah tidak disarankan buru-buru pulang, tetapi perlu mendengarkan khutbah Idul Fitri sampai selesai. 

Kecuali bila shalat id ditunaikan tidak secara berjamaah. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah dalam sebuah hadits:

 السنة أن يخطب الإمام في العيدين خطبتين يفصل بينهما بجلوس 

“Sunnah seorang Imam berkhutbah dua kali pada shalat hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dan memisahkan kedua khutbah dengan duduk.” (HR Asy-Syafi’i) 

Untuk khatib, disunnahkan memulai khutbah pertama dengan takbir sembilan kali dan khutbah kedua dengan takbir tujuh kali.

advertisement