Search

Gerakan Tanpa HP dan TV usai Magrib Efektif Dekatkan Anak dengan Alqur'an

SEMARANG -  Usia anak-anak adalah masa emas untuk menanamkan ajaran Islam termasuk mencetak mereka agar fasih membaca dan menghafal Alqur'an. Namun untuk mewujudkan hal ini tidak mudah karena godaan handphone  (HP) maupun televisi (TV) seringkali lebih kuat ketimbang harus belajar Alqur'an.

Pengasuh Asrama Pendidikan Islam Pondok Pesantren Salaf Al Futuchiyyah, Susukan, Kabupaten Semarang Kiai Muhadzdzib menilai untuk mendekatkan Alqur'an kepada anak-anak, mereka harus diberi jeda dalam penggunaan piranti elektronik tersebut.

"Waktu Maghrib sangat mustajabah. Maka Gerakan Matikan HP dan TV Setelah Maghrib harus kita galakkan. Ini efektif sekali untuk mengajari dan mendekatkan anak-anak dengan Alqur'an. Orang tua dituntut tidak lelah mengajak sekaligus mengawal," ujar Kiai Muhadzdzib saat memberi sambutan  Haflah dan Khotmil Qur'an-Akhirusannah Ponpes Al Futuchiyyah, Senin (24/6/2024) malam.

Kiai Muhadzdzib mendorong para orang tua untuk tidak lelah sekaligus berani lebih tegas dalam mendidik anak. Dia optimistis jika Gerakan Tanpa HP dan TV ini bisa  diintensifkan maka anak akan lebih pintar dalam membaca atau menghafal Alquran. Tak hanya itu, gerakan ini juga membuat komunikasi antara orang tua dan anak menjadi lebih erat.

Menurut Kiai Muhadzdzib, keberhasilan pendidikan anak tidak bisa ditumpukan hanya kepada kiai, ustaz atau guru semata. Baginya, orang tua juga dituntut turut melakukan ikhtiar batin seperti rajin mendoakan anak atau beramal yang diniatkan untuk kebaikan anak.

"Orang tua harus punya hal yang bisa membantu agar anak terbuka hati dan pikirannya seperti tirakatan khusus untuk anak. Minimal mengirimkan hadiah Alfatihah khusus untuk anak. Anak jika jarang didoakan ibarat lahan yang gersang, minimal juga disedekahi  pas hari pasaran lahirnya," pesan Kiai Muhadzdzib.

Khotmil Qur'an-Akhirusannah Ponpes Al Futuchiyyah Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2024 diikuti sebanyak 21 santri. Rinciannya terdiri dari 9 santri putra dan 12 santri putri. Khotmil Qur'an ini diikuti dua kategori yakni bil ghaib dan bin nadhar. Kegiatan akbar ini diselenggarakan rutin tiap dua tahun sekali.

Kiai Muhadzdzib berharap kepada para santri agar betul-betul menjaga Alqur'an dalam kehidupan sehari-hari. Menurut dia, Haflah dan Khotmil Qur'an hakikatnya adalah prosesi seremoni. Justru tantangan yang lebih besar adalah ketika santri sudah berada di luar area pesantren.

"Semoga kita semua mendapat syafaat dari Alqur'an dan khataman Qur'an  ini tidak hanya formalitas. Justru tantangan yang berat setelah khataman untuk menjaga Alquran baik .menghafal maupun bacaannya. Seperti masa liburan ini orang tua juga dimohon bantuannya turut menjaga dan mengingatkan anak-anaknya," tutur Kiai Muhadzdzib.

advertisement