Salah satu sahabat Nabi Muhammad saw yang paling setia adalah Abu Bakar. Sosoknya selalu menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia karena perjuangannya memelihara ajaran Allah serta menjaga Rasulullah saw.
Di balik ketakwaannya kepada Allah swt, Abu Bakar merupakan salah satu keturunan bangsa Arab yang masuk Islam karena merasa ada yang janggal dengan agama sebelumnya. Dikisahkan bahwa Abu Bakar sempat meminta sesuatu kepada berhala, namun permintaannya itu tak digubris.
Lebih lanjut, kisah hidup Abu Bakar sebagai seorang pedagang sukses dan sahabat setia Nabi Muhammad menandai awal dari perjalanan penting yang kemudian mengantarnya pada peran-peran besar dalam sejarah Islam.
Seperti apa sosok Abu Bakar?
Dilansir dari NU Online, Abu Bakar adalah sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW yang lahir dengan nama Abdullah bin Abu Quhafah at-Taimy, meskipun nama aslinya adalah Utsman. Ibunya bernama Salma binti Sakhar, yang juga dikenal dengan panggilan Ummu al-Khair. Jika menelusuri garis keturunan ayahnya, nasab Abu Bakar bertemu dengan garis keturunan Nabi Muhammad pada sosok Murrah bin Ka’ab.
Abu Bakar lahir di kota Makkah pada tahun 573 M, sekitar dua tahun enam bulan setelah peristiwa Tahun Gajah, peristiwa besar yang juga menandai kelahiran Nabi Muhammad. Dengan demikian, Abu Bakar lebih muda sekitar 2,5 tahun dari Nabi Muhammad.
Beranjak dewasa, Abu Bakar tumbuh dalam keluarga pedagang kaya. Lingkungan keluarganya yang berada membentuknya menjadi pribadi yang terpelajar, dan kehidupannya kelak sebagai pedagang sukses pun banyak dipengaruhi oleh latar belakang ini. Sejak muda, Abu Bakar sering melakukan perjalanan ke luar Makkah, seperti ke Yaman dan Syam, untuk urusan perdagangan.
Namun, sedikit sekali informasi yang diketahui mengenai masa kecil dan masa remaja Abu Bakar. Di tengah masyarakat Arab yang saat itu masih berada dalam era jahiliyah, penyembahan berhala menjadi praktik umum. Seperti anak-anak lainnya pada masanya, Abu Bakar pun dibesarkan dengan ajaran untuk menyembah berhala.
Tak hanya itu, ada satu peristiwa menarik yang mencerminkan kepribadian Abu Bakar. Suatu ketika, dia meminta makanan dan pakaian kepada berhala, namun permintaannya tidak terjawab. Merasa kesal, Abu Bakar mengangkat sebuah batu dan berkata kepada berhala, "Kamu bukanlah Tuhan jika tidak bisa melindungi dirimu sendiri." Kemudian, dia menghancurkan berhala tersebut dengan batu. Sejak saat itu, Abu Bakar berhenti menyembah berhala, menunjukkan tanda-tanda awal penolakannya terhadap praktik-praktik jahiliyah.
Dalam buku Abu Bakr as-Siddiq karya Muhammad Husain Haekal (2004), disebutkan bahwa setelah melewati masa kanak-kanak, Abu Bakar memulai karirnya sebagai pedagang kain. Usahanya sangat sukses, dan perdagangan yang ia jalankan berkembang pesat hingga menghasilkan keuntungan yang besar. Di usia muda, Abu Bakar menikah dengan Qutailah binti Abdul Uzza. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai dua anak, yaitu Abdullah dan Asma.