Search

Penjelasan Al-Quran dan Hadist Nabi soal Peran Pemuda untuk Kemajuan Bangsa

Momentum sumpah pemuda memiliki makna tersendiri bagi setiap individu masyarakat. Pemuda bagi mereka sebagian masyarakat, adalah masa di mana segala kekuatan bisa difungsikan untuk melakukan perubahan-perubahan di lingkungannya masing-masing.

Bahkan, terkait ini, Presiden pertama RI, Ir Soekarno pernah menyatakan ‘Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia’. Ungkapan ini memiliki pesan mendalam betapa pentingnya peran pemuda bagi kemajuan bangsa. 

Pernyataan Bung Karno ini bukan tanpa alasan. Argumentasinya antara lain bahwa usia muda merupakan fase pertumbuhan ketahanan mental dan fisik manusia.  

Tokoh-tokoh pejuang bangsa seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Jenderal Sudirman, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Ki Hajar Dewantara, R.A. Kartini, dan lainnya merupakan sosok-sosok pemuda yang gigih memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.    

Selain itu, dalam perspektif teologi dan ketauhidan, posisi pemuda dalam Islam jelas sangatlah penting. Dilansir dari NU Online, pada Selasa (29/10/2024), kata ‘pemuda’ dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai sosok yang memiliki mental tangguh berani melawan kebatilan, seperti Ashabul Kahfi yang dikisahkan menolak ajakan Rajan Dikyanus untuk menyembah berhala. 

Kisah 7 pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama 309 tahun ini disebutkan dalam Al-Qur’an dengan kata ‘fityah’ (para pemuda), sebagai berikut:   

نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى 

Artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi [18]: 13)  

Berangkat dari ayat ini, Imam Ibnu Kastir dalam tafsirnya menegaskan bahwa pemuda selalu menjadi garda depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. 

Terbukti, selain tujuh pemuda Ashabul Kahfi, para sahabat pada masa perjuangan dakwah Rasulullah juga didominasi oleh para pemuda. 

Sebaliknya, para penentang ajaran Nabi Muhammad justru didominasi kalangan tua suku Quraisy. Selain menyinggung kisah Ashabul Kahfi sebagai pemuda tangguh, ayat Al-Qur’an juga banyak mengisahkan sosok-sosok pemuda lain yang memperjuangkan kebenaran pada masanya seperti Nabi Isa, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan nabi-nabi lainnya.  

Dalam ayat lain, Allah swt juga menyinggung masa muda sebagai fase kondisi fisik yang kuat, berbeda dengan fase pertumbuhan sebelumnya yaitu masa kanak-kanak atau masa setelahnya yaitu masa tua. 

Dalam Al-Qur’an dijelaskan: 

  ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعۡفٖ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ ضَعۡفٖ قُوَّةٗ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ قُوَّةٖ ضَعۡفٗا وَشَيۡبَةٗۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡقَدِيرُ 

Artinya, “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar-Rum [30]: 54)  

Hanya kemudian, karena emosi usia muda belum stabil maka usia ini sangat rentan terhadap perilaku kemaksiatan. Hal ini menjadi tantangan bagi kaum muda agar bisa mengendalikan hawa nafsu sehingga bisa selau menjaga ketakwaan kepada Allah swt. 

Dalam satu hadits diriwayatkan: 

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ، اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ فأَخْفَاها، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاه 

Artinya, “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah swt pada hari tidak ada naungan kecuali milik-Nya (hari kiamat), yaitu; Imam yang adil, pemuda yang hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah, seorang  yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak wanita yang kaya dan cantik  untuk berzina, maka laki-laki itu berkata, ‘Aku takut kepada Allah, orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya, seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian sehingga matanya meneteskan air mata.” (HR Al-Bukhari).    

Hadits di atas memosisikan sosok pemuda pada urutan kedua setelah pemimpin adil sebagai kelompok yang akan mendapatkan pertolongan Allah kelak di hari kiamat. 

Ini menunjukkan Islam sangat mengapresiasi seorang Muslim yang masa mudanya digunakan untuk beribadah, padahal usia muda merupakan fase banyak godaan untuk bermaksiat karena dorongan nafsu dalam jiwa begitu kuat. 

Islam bisa besar seperti sekarang ini juga tidak lepas dari jasa para pemuda, sebab salah satu faktor penting kesuksesan Nabi Muhammad berdakwah karena beliau mendapat dukungan sosok-sosok sahabat yang didominasi dari kaum muda. 

Nama-nama sahabat utama seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin ‘Awwam, Abi Ubaidah, Mush’ab bin Umair, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Khalid bin Walid, semuanya dari kalangan pemuda. 

Demikian uraian tentang pemuda yang memiliki peranan penting untuk bangsa, terutama dalam upayanya memajukan dan mewujudkan kemaslahatan umat Islam. Wallahua'lam.

advertisement